Thursday, December 15, 2005

Menjadi Lebih Cantik

Buku itu masih saja teronggok di rak nya. Blum laku2 dari pertama kali dipajang. Jangankan laku, ada yang dengan sengaja menyentuh pun tidak. Paling-paling tersenggol by accident karena kebetulan ada yang sedang mengambil buku di sebelahnya. Jangan-jangan dia sudah terlanjur jamuran atau bahkan sulit untuk dibuka karena antar halamannya saling lengket. Apalagi toko yang memajangnya juga bukan jenis toko berkelas dengan kelengkapan ac dan perawatan koleksinya yang optimal. Tempatnya hanya di toko buku pinggir jalan yang memang rata-rata menjual buku-buku bekas. Akrab dengan debu dan percikan air hujan saat plastik pelindung si empunya toko tak cukup untuk melindunginya. Kasiannya ...

Ukurannya biasa saja, bentuknya juga standar seperti buku-buku yang laen. Tidak terlalu tebal, pun tidak terlalu tipis, tidak terlalu lebar ataupun kecil. Sampul buku sama sekali tidak menarik untuk dilihat. Tidak ada desain yang mencolok sehingga bikin orang laen tertarik dengannya. Memang benar kalo disimpulkan bahwa buku itu tidak ada yang istimewa, biasa-biasa saja.

Sampai suatu ketika, terlihat seseorang dengan mata berbinar-binar memandang penuh harap pada buku itu. Yah ... orang itu bercerita bahwa dia sudah hampir putus asa karena tidak juga menemukan buku yang dia cari. Tapi ... kehendakNya berkata lain, akhirnya dia menemukannya. Menemukan buku yang biasa-biasa saja itu. Dia bercerita panjang lebar tentang isi buku yang tampak tidak istimewa itu. Begitu banyak pengetahuan penting, bernilai dan penuh hikmah yang bisa dia peroleh dari buku itu. Bukan hanya untuk dia saja, tapi juga untuk kita semua. Mendengar ceritanya yang menggebu-gebu, bisa dibayangkan kalo buku itu ternyata bernilai istiwewa, bukan biasa-biasa saja. Dan sungguh disayangkan, bahkan penjual nya sendiri tidak mengetahui hal itu. Duh ..

Yah, tampilan luar bukan berarti menunjukkan isi di dalamnya. Sungguh bijaksana jika kita tak menilai hanya berdasarkan penampilan luar. Saat ini, semakin banyak penampilan-penampilan yang menarik hati dari luar tapi sungguh tak berisi di dalamnya. Kosong .. Namun demikian, akan lebih baik juga jika yang memang memiliki isi bisa dikemas dengan yang indah, cantik dan menarik.

Bukan begitu sis ? Thx 4 pesen ”menjadi lebih cantik” nya ... :)

Thursday, December 01, 2005

Dibalik Kaca ini

Pulang ke rumah di kampung seringkali kutempuh dengan bis antar kota. Kebiasaannya sih, jarang banget bisa tidur di bis, maklum.. seringnya naek yang patas non ac. Emang ada ya patas non ac ? Hehe .. maksud nya sih .. bis ekonomi yang larinya kenceng, dan emang gak pake ac. Lebih patas dari yang ngaku tarifnya patas. Dan satu lagi kelebihannya, lebih murah.. lawong ekonomi jee .. hehe.

Milih duduk deket jendela juga jadi kebiasaan. Seringnya sih bisa milih, karena emang bener-bener berangkat dari terminal. Masuk bis, mulai lah para enterpreuneur (bener gak sih nulisnya .. ? :D) kecil menjajakan dagangannya, tak ketinggalan pelaku seni jalanan yang dengan modal suara juga perangkat seadanya mulai beraksi. Kebanyakan dari mereka rata-rata masih usia sekolah. Sudah selesaikah pekerjaan rumah yang ditugaskan oleh guru mereka ? Atau bahkan ternyata mereka tidak mendapatkan tugas itu karena tidak sekolah ? Duh Gusti .. babak lain dari episode kehidupan tengah kau tunjukkan pada hambaMu yang beruntung dapat menimba ilmu di tempat yang namanya sekolahan. Sedangkan mereka ? ....

Bis mulai berjalan. Sebenernya pemandangan yang kuliat sepanjang jalan tetep aja sama seperti kemaren2. Jalan tol, jalan panjang dan lebar hingga memasuki terminal kota. Ya .. ya .. jalanan itu tetap sama. Hanya saja ada beberapa perubahan di kanan kirinya, semakin banyak gedung dan bangunan. Sementara ada pula pemandangan lain yang mampu mengusik hati. Berbagai macam ada di luar kaca ini. Orang berkendara dengan berbagai merek, sampai mereka yang hanya berjalan kaki. Dari yang melakukan berbagai macam hal sampai dengan yang hanya duduk-duduk tanpa aktifitas.

Banyak orang dengan segala macam kelakuan yang diperbuatnya. Dari balik kaca ini, banyak ekspresi yang tercipta. Ada helaan nafas, senyum, kernyitan, tawa, bahkan sampai air mata yang dengan sangat terpaksa harus kutahan saat pengen keluar. Kan malu ... diem2 di bis kok nangis, ntar dikira penumpang yang laen apaan ?

Btw .. kira-kira ... seperti apa ya Sang Pencipta melihat kembuletan ciptaanNya di dunia ini? J
Manusia hidup di dunia telah membawa suratan takdirnya masing-masing. Ini sudah menjadi previllage Pemilik Hidup yang tidak bisa diganggu gugat. Absolut, Mutlak. Namun demikian, Allah yang teramat sayang dengan umatNya senantiasa memberikan kemudahan dan keleluasaan agar kita mau berfikir, berusaha dan berdoa untuk merubah suratan takdir itu sesuai dengan yang dikehendakiNya. Sekali lagi, semua berpulang pada Nya sebagai penentu.

Perjalanan ini tak tau berujung dimana dan sampai kapan .. Ijinkan hamba dapat melalui dalam bimbingan Mu Ya Robb..

Thursday, September 22, 2005

Pendakian

Seorang teman pernah bercerita tentang pengalamannya berpetualang naik gunung. Cerita itu disampaikan secara sederhana tapi paling tidak bisa sedikit membuatku tergerak untuk berpikir seseru apa itu naik gunung. Meski sempat pula aku sedikit beradu argumen tentang hobinya itu. Menurutku sih banyakan capeknya daripada senengnya. Malah pernah temen-temen kosku pergi naik gunung, ternyata pulang dengan muka yang pada gosong, ada yang flu, suara serak, keliatan banget penuh kesengsaraan. Tentu saja dengan semangat dia menyangkal pendapatku. "Seru lagi ... gak ada duanya. Lu aja yang blom pernah .... bla .. bla .. bla." Dan ternyata begitu pula komentar temen-temenku yang udah pada "menyengsarakan diri itu".

Mungkin bener juga pendapat mereka.. karena aku blom pernah mencoba. Jadi pengen juga .. hehe .. tapi sampai akhirnya si temen udah pergi jauh, alhasil blom juga kesampaian naek gunung. Bercapek-capek ria, panas, kehujanan, laper, haus, tapi langsung hilang tak kala nyampe di puncak dengan pemandangan yang indah, melihat secara dekat kebesaran Allah akan alam ciptaanNya. Dan satu lagi yang bikin aku ngiler sampai sekarang ... bilang temenku deket langit .. liat bintang kalo malam. Baaaguuussss banget :)

Naek gunung ... ya .. mungkin kalo sekelas amatiran bukan gunung kali ya .. tapi bukit. Tapi tetep aja, masing-masing punya tantangan tersendiri. Demikian juga hidup kita .. bisa diibaratkan sebuah perjalanan mendaki. Perlu perjuangan, usaha, bekal, ilmu, pembelajaran, pengorbanan yang berisi suka dan duka untuk sampai puncak. Gak pengen kan kalo kita akhirnya terhenti di tengah jalan, atau bahkan terperosok jurang akhirnya jatuh lagi ke kaki gunung. Pengen nya sih kita bisa sampai akhir perjalanan di puncak, seberat apapun tantangan itu.

Mungkin hampir sama pendapat semua orang tentang puncak gunung, bagian tertinggi dari suatu gunung. Bukan demikian kalo kita bicara tentang puncak kehidupan, persepsi nya bakal berbeda untuk setiap orang. Ada yang mengartikan sebagai kedudukan, jabatan, materi, prestasi. Bagaimana kalo kita berpikir lebih sederhana, tujuan sekecil apapun yang kita harapkan, jika itu bisa berhasil, tidak salah dong kalo kita merasa udah di puncak, meski sebentar aja. Seperti halnya gunung di bumi, puncak yang sempet kita singgahi di kehidupan inipun punya level ketinggian yang bervariasi sebanding dengan tantangan yang kita hadapi. Kalo udah ngerasain bukit, gunung ... pasti ada lah keinginan untuk mencoba gunung yang lebih tinggi lagi. Tanya deh pendaki gunung beneran .. hehe

Dibalik ini semua, puncak yang hakiki adalah tempat yang bisa membawa kita dekat denganNya. Namun demikian kita tetap juga harus mendaki, berbekal ketakwaan dan amal ibadah kita, InsyaAllah kita akan sampai di puncak itu ... Semoga. Mau kan ? :)

* naek .. naek .. ke puncak gunung ... Rame2 yuuuukkkksss ...

Wednesday, August 10, 2005

Mengalir dengan irama dan rasa

Sungai itu berkelok-kelok. Terkadang ada begitu banyak air yang mengalir dengan tenang menentramkan, beriak-riak kecil, tapi tak jarang menghanyutkan. Ada kalanya sungai itu tak berair sama sekali di saat kekeringan melanda. Ada kalanya air menjadi bah ... meluap .. banjir dan menimbulkan keresahan sekelilingnya ...

Yah ... demikian pun kehidupan kita .. penuh dinamika dan irama. Andai saja diijinkan, ingin rasanya irama riang yang senantiasa terdengar. Tapi mungkin akan terkesan membosankan jika hanya itu yang mewarnai telinga kita ... Butuh sentuhan irama lain yang akan memberikan kejutan manis, asam, pahit, getir atau bahkan pedas barangkali... (hehe .. ngelantur!.. kok jadi ke makanan .. )

Aliran sungai, irama, rasa ... apa hubungannya ya ? Hmmm .. ya itulah gambaran hidup secara visual .. mengalir seiring waktu, terdengar indah dan sengau, berasa manis ataupun pahit .. Agak nyambung kan ?

Tak mungkin kita kuasa menghentikan waktu ... menghentikan aliran hidup kita ... sungguh kita bukan pemilik hak untuk itu. Terus mengalir dengan penuh pembenahan sana-sini, itulah yang harus kita lakukan. Irama indah dan rasa manis .. musti bijaksana dalam merasakannya. Tidak selamanya yang kita dengar dan rasa akan sama seperti itu ... akan datang saatnya irama itu terdengar kurang bersahabat dengan telinga kita dan rasa itu tidak nyaman di lidah kita.
Ya ... biarkan air itu mengalir ... dengan iramanya .. dengan rasa nya ..

* Tuntun kami menjadi lebih bijaksana Ya Robbi ..

Thursday, July 14, 2005

Setelah sekian ratus juta detik

Menggerakkan jari untuk berhitung sudah sejak dulu kita lakukan selagi kita kecil. Angka satuan, puluhan, ratusan, ribuan sampai nilai tak hingga diikuti oleh sebutan satuan-satuan yang beraneka jenis dibelakangnya. Meski sudah ada kalkulator, mesin hitung atau komputer canggih sekalipun, terkadang jemari ini masih suka spontan berhitung. Dan pastinya kemampuan jemari kita memang terbatas. Memperlihatkan dengan jelas hanya sampai hitungan ke sepuluh. Angka selanjutnya ... harus kita sertai satuan dari ucapan kita.

Hitungan satu, dua, tiga .. sampai akhirnya ke angka dua puluh lima sepertinya bukan deretan bilangan yang terlalu panjang. Nilainya masih sebatas puluhan, anak kelas satu SD sekarang pun mungkin sudah mahir berhitung sampai angka itu. Tapi tunggu dulu ... kalau satuan yang mengikutinya tahun, yang berarti 365 hari kali 25 dikali 24 jam dikali 60 menit dikali 60 detik, angkanya bisa berubah menjadi 788 juta empat ratus ribu detik. Woowww .. cukup banyak juga ya, sampai beratus-ratus juta ...

Dan memang pada kenyataannya telah beratus-ratus juta detik waktu yang terlewati hingga detik ini. Atas izin dan kehendakNya lah raga ini masih berjiwa, menghembus udara sedalam dalamnya dan bertingkah sekehendak hatinya. Bertingkah sekehendak hatinya ? Yup, tingkah yang terkadang tanpa pemikiran panjang, tanpa dasar, hanya mengikuti keinginan semata.

Setelah sekian waktu terlewati sungguh diri ini masih banyak kekurangan yang harus terus diperbaiki. Pribadi sebagai seorang anak, seorang cucu, seorang kakak, seorang adik, seorang kerabat, seorang sahabat, seorang teman, sseorang tetangga, seorang murid, seorang pekerja, dan terlebih seorang muslimah .... masih harus banyak berbenah.

Tak tahu detik keberapa nafas ini akan terhenti, yang pasti ... atas semua karunia yang sudah diamanahkan dalam segala bentuknya ... dengan penuh ketulusan, tetapkanlah hati ini untuk senantiasa mensyukurinya .. menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi sesama juga lingkungannya. Amin ...

Thursday, July 07, 2005

Ujung pembelajaran

Manusia hidup bersama waktu, demi detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun .. windu, dasa, bahkan abad atau entah apalagi namanya. Bersama itu pula manusia terus mengalami perubahan. Semakin bertambah kuantitas usia, itu pasti. Tapi tidak begitu dengan kualitasnya. Ada yang semakin baik, tetap segitu-gitu aja ato bahkan semakin buruk.

Bersama waktulah kita terus belajar, demikian sekiranya pesan yang pengen disampaikan penulis buku Menjadi Manusia Pembelajar, Andreas Harefa. Dan jangan berfikir sempit, belajar juga tidak musti diidentikkan dengan bangku sekolah. Banyak sarana dan wadah untuk menjadikan kita terus belajar. Apalagi dengan kondisi saat ini. Sekolah menjadi sedemikian mahal untuk dihargai dengan rupiah, meskipun itu sekolah dengan status negeri. No problemo buat mereka2 yang memang berduit yang bisa memilih dengan mudah sambil tunjuk jari sekolah mana yang mau dijadikan tempat menuntut ilmu. Tapi bagaimana dengan mereka yang harus senantiasa berhitung secermat mungkin untuk budgeting ini dan itu ? ...

Mungkin bukan kapasitasku kalo harus membahas masalah pendidikan negeri ini. Dan lagi sudah banyak pakar yang rajin menyumbangkan pemikiran mereka di media yang entah bagaimana realisasinya ... Ya .. semoga orang2 besar di sana diberikan kekuatan untuk mewujudkan impian sederhana rakyat-rakyatnya .. Amin.

Bersyukurlah jika kita diberi kesempatan untuk bisa memiliki surat tanda tamat belajar. Tapi musti diingat bahwa pembelajaran itu belum berakhir oleh hanya selembar kertas itu ... kita musti belajar terus .. terus dan terus .. Dan kalo memang kita belum diberikan kesempatan untuk itu ... marilah kita berpikir lebih panjang, banyak cara yang bisa dilakukan. Nasib seseorang tidak hanya ditentukan oleh sebuah ijazah, dan banyak ilmu laen yang harus kita pelajari seiring langkah kita ..

* ... semoga kelak kita terima ijazah kelulusan itu di tangan kanan kita ... Amin

Tuesday, June 28, 2005

Molor ??? ...emang enaaak ? :p

Istilah molor mungkin gak ada di kamus besar bahasa Indonesia. Kubilang mungkin karena jujur aku emang blom pernah buka tuh buku. Mungkin yang ada adalah kata terlambat. Tapi kalo ternyata ada ... wah ... kaciaaan deh gw.
Datang tidak tepat waktu sesuai jam yang udah disepakati emang biasa kita sebut terlambat, boleh juga kita bilang dengan kata itu tadi, molor alias ngaret. Ini tentu kebiasaan yang gak baik. Orang yang udah dibuat nunggu karena keterlambatan kita bisa jadi langsung bad mood, ilang filling dan gak percaya lagi ama kita dan akhirnya gagal berantakan rencana selanjutnya. Gak mau kan ?
Ada lagi ... bangun terlambat terkadang disebut juga dengan molor. Yang ini lebih terkesan kalo bangunnya emang disengaja alias males bangun. Seperti kalo pas lagi libur gitu .. ayo ngaku .... ;)
Case lain, pakaian, baik itu rok, baju, celana ato apa aja ... kalo udah molor, apa iya masih aja dipake ? Pasti bakalan kerasa gak nyaman buat dipake ato sekedar diliat. Kebesaran, kedodoran, ato jangan-jangan ntar mlorot lagi ... iiihhh .. jangan sampai deh.
Yah ... molor emang identik dengan konotasi yang kurang baik. Seperti sekarang ini, udah direncanain buat maju TA semester ini ... eeee... ndilalah penyakit males kok ya di piara .. alhasil gak bisa semester ini deh .. begitupun dengan beberapa rencana lain yang udan diplaning mengikuti si TA itu ... molor deh .. :(

*semangat .. sudilah berteman denganku. Chayooo!!!

Thursday, June 23, 2005

Kursi panas

Baca judul di atas jangan beranggapan aku akan bahas masalah politik or perebutan kedudukan jelang Pilkada yang sekarang santer jadi headline koran-koran or siaran berita tipi. Lebih heboh dari itu .. hehe ..
Di GK 35, (sebut aja sebagai rumah keduaku setelah rumah ternyaman di kampung malang coret alias nenjap city ... hehe) para penghuninya, the sweety girls suka duduk maniz di depan si kotak ajaib buat ngecengin si aming dkk. Padahal gak segitu manis-manis amat, sebab lebih sering heboh sendiri sampai temen kita si Ria musti sering beresin kursi-kursi itu biar rapi dan bisa lewat ke kamar belakang buat pipis, mandi or bab.
Tengah-tengah nonton tipi aku beranjak dari tempat dudukku .. dan gak lama setelah itu tuh kursi pasti dah langsung laku alias diduduki yang laen .. "wah .. panas .... anake mbak nisa akeh kie .. " kontan semua langsung ketawa, dan aku ? :)
Entah ada hubungan ilmiah seperti apa antara kursi panas ama jumlah anak kita kelak, yang pasti aku cuman bisa bilang amiiin .. Alhamdulillah .. :) Dan kayaknya gak mungkin ada lulusan dokter yang bela-belain dapet gelar doktor untuk meneliti kasus itu.
Semoga yang dibilang temen kosku itu doa karena selama ini aku kan gak punya sodara kandung, dirumah sendiri only with my mom. Semua bilang sih enak jadi anak tunggal, pasti disayang, dapetin semua, yah ... bener sih, tapi kan sepiiiii ... gak ada temen berantem .. hehe ..
Ada yang mo diajak berantem ? :D ...

Monday, June 20, 2005

Andaikan sejuta lebih limaratus

Entah kenapa tiba-tiba seorang teman kembali mengingatkanku pada obrolan kami waktu itu. Tepatnya kapan aku udah agak lupa, cukup lama terhitung hari ini. Seperti biasa ... obrolan itu seputar perjalanan hidup kami yang berawal dari kampung yang berbeda, sama-sama menimba ilmu di kota sejuk malang, hingga terseret sampai ke ibukota propinsi yang cukup panas ini, Suroboyo.
Waktu itu kita ngobrolin dan sedikit membayangkan harapan yang lebih baik dari yang saat itu kami nikmati. Istilahnya .. ngayal kali ya .., tapi bukannya kita sama-sama kurang syukur loh ya ... malah kita bertujuan untuk memantapkan rasa syukur dengan apa yang kita dapet waktu itu.
Bekerja di surabaya di sebuah perusahaan dengan nama besar belum tentu yg bekerja di dalamnya berstatus sama dengan perusahaan itu. Orang yang ngelihat kita mungkin beranggapan lebih akan kita. Padahal sesungguhnya kami sudah sangat bersyukur dapat bekerja dengan gaji sesuai umr di tempat yang telah memberikan kami cukup banyak nilai lebih dari sudut pandang kami sendiri.
Dengan gaji segitu memang telah melatih kami untuk bisa mempraktekan ilmu management yang gak pernah kami peroleh melalui bangku sekolah. Management berhemat biar bisa sedikit nabung buat keperluan yang diluar dugaan, dan Alhamdulillah kita merasa cukup. Tiba-tiba ... " andaikan kita dapet gaji sejuta lebih limaratus ribu .. buat apa aja ya uang segitu ? " ...
Pertanyaan yang bingung juga buat dijawab waktu itu, karena terus terang kita gak pernah merasakannya waktu itu. Dan bagai mendapat peringatan, kembali pertanyaan itu terlontar kemaren-kemaren ini. Yah ... kami hanya bisa tersenyum tanpa bisa menjawabnya ... semoga kami masih terus bisa menerapkan management itu dari waktu ke waktu dan menjadi lebih bijak untuk sesuatu yang lebih bermanfaat. Amin.

Tuesday, June 14, 2005

Tunjuk satu bintang

Rasanya dah lamaaa banget gak pernah liat langit di malem hari, dan yg pasti liat langit yg ada bintang nya ... Subhanallah .. indah banget lho ... jadi kangen :)
Suasana malam yang sepi, semilir anginnya yang mengejukkan, alunan suara jangkrik yang sama sekali nggak merdu tapi menjadi kurang lengkap jika dia tidak bersuara, terasa damai, sempurna!!

Liat bintang yg bersinar di atas sana seperti liat banyak senyum, senyum ceria yang menyimpan banyak asa. Asa yang menunggu untuk diwujudkan secara nyata. Semakin lama sinar-sinar kecil itu semakin bertambah, bertambah dan semakin ramai mewarnai langit malam. Ada yang bersinar kian terang, kian redup, atau bahkan bergantian terang dan redup. Kira-kira begitu juga lah keinginan manusia, semakin bertambah dan bermacam-macam. Kadang keinginan itu begitu menggebu-gebu, maju mundur atau bahkan surut seketika.

Kulihat ada ada sebuah bintang kecil nun jauh disana tapi terasa begitu menarik perhatianku dengan kilatan sinarnya yang menyala-nyala. Sedang pengen apa ya bintang itu ? Pengen jatuh ke bumi atau pengen menyamai bulan ? Apapun itu, usahanya boleh juga, paling tidak bisa menarik perhatianku. Yah .. semoga aja keinginannya bisa terwujud .. tapi ... masak iya si bintang kecil itu pengen turun ke bumi, bisa kacau donk bumi, atau masak iya dia pengen segede bulan ... wah .. bakal kacau tata surya kita .. Ah, mungkin dia hanya ingin diperhatikan oleh sekitarnya atau mungkin pengen mendapatkan teman yang setia melewati malam-malam bersamanya ? Hehehe ... emang sapa nih ?

Sang Pencipta Maha Kaya, tidak ada kata tidak mungkin untuk dapat mewujudkan keinginan si bintang kecil itu .. begitupun asa bintang-bintang yang lain. Yah ... semua bisa terwujud atas kehendakNya semata.

Friday, April 15, 2005

Sawang sinawang

Pas sesuai komposisi, gak ada yang kurang, gak ada yang cacat, gak ada komentar celaan, bahkan justru decak kagum yang terlontar. Pokok'e pokok ... perfect lah .... T O P ... b g t, top markotop.
Tapi pada kenyataannya, sesuatu yang kita bilang sempurna belum tentu sempurna menurut orang lain. Masih ada yang bilang kurang inilah, kurang itulah .... manusia .. manusia .. Belum lagi kalo kita bicara tentang kesempurnaan pada diri kita sendiri ... kebanyakan masih ngerasa kurang, sementara kalo kita liat ke "tetangga" sebelah ... wah ...they got everything, sedangkan kita .. ??
Kalo mo berani nanya, coba deh tanya ke tetangga itu .. apa benar mereka sesempurna yang kita sangka ... Ok deh, udah kuwakili nanya, dan ternyata ... dari hasil polling sms ke xxxx (hehe .. saingan ama kuis nih) jawabnya adalah sama aja, mereka juga ngerasa kurang dan melihat kita better then mereka.
Sawang sinawang, kosakata jawa yang sederhana ini sepertinya emang banyak kejadian di lingkungan kita. Alhasil kita jadi kurang ngerasa syukur ke apa-apa yang udah kita punya malah ngerasa orang lain lebih beruntung dari kita.
Sekarang gini aja, kalo toh emang kita lagi gak dapet sesuatu yang kita mau ato lebih tepatnya belum kali ya ... positip tingking aja deh ... sometime akan dateng waktunya buat kita ngedapetin itu, ato perhabs emang kita gak bakalan dapetin itu karena emang gak baik buat kita menurut Dia dan ada yang terbaik buat kita sesuai pilihan Dia. Tenang kan ?

Semua berlaku atas kehendakNya, tak kan mampu kita membaca kekurangan itu. Yang kita temui sebagai ketidaksempurnaan, justru itulah ketidakmampuan kita melihat kesempurnaan yang dimaksudNya.

** buat diri sendiri yang masih suka ngelirik tetangga .. Astaghfirullahaladzim ..

Wednesday, April 06, 2005

Surat buat sahabat

Dear pie ...
Sebenernya aku gak begitu terkejut banget sih waktu dapet kabar dari kamu kalo next month InsyaAllah waktu bahagiamu itu bakal kejadian. Karena emang waktu itu kamu kan dah pernah cerita meski masih blom tau kapan due datenya (hihi ... tukang tagih banget ya ? ...). Yang pasti aku ikut seneee....eeenggg banget pas dengerinnya. Finally.
Inget gak sih pie, kita dah lama banget loh temenan, dari TK sampe sekarang ini. Kalo diitung bener dah berapa lama ya? Kalo dijadiin itungan tahun, bulan, minggu, hari, jam, atau bahkan detik, mungkin angkanya terlalu panjang kali ya ? Wis, yang pasti hampir seumur kita, dua puluh tahun lebih.. ck.. ck..ck...
Eh, boleh gak kalo aku flash back lagi ke kisah2 kita dulu ? Kan banyak banget tuh cerita2 yang bisa diinget lagi. Cerita yang bisa bikin kita senyum, ketawa, sedih, ato bahkan nangis. Tapi sebagai pengiring ke babak awal kehidupan baru kamu, kayaknya lebih bagus kalo kita inget yang indah2 aja ya ... ato lebih tepatnya all man around yours ... hehehe
Kalo cerita TK aku dah lupa nih, ... paling ingetnya juga sekolah kita yang kecil dengan penghuninya yang juga kecil2, trus ayunan itu .. pre-memory aja deh ...
Pas SD ... gak di sekolah, pulang sekolah kita sering bareng sama 2 temen kita lagi. Kamu yang paling gede diantara kita, bilang orang bongsor .. hehe .. sementara kita bertiga kecil-kecil ... Kita seneng banget ya maen sepeda biarpun siang bolong di jalanan tepi sawah sambil mampir ke kampung sebelah buat beli roti goreng yang masih panas trus maen di pinggir kali. Kadang rujakan, maen monopoli .. walah!! kok keliatannya maen mulu ya gak pernah belajar ... hehe ... Eh iya, masih inget gak sama kakak kelas yang sering lirik2 kamu trus akhirnya berani coba2 deketin kamu yang kita pernah dibeliin kue pas nonton atraksi lumba-lumba di lapangan kodya itu ? Wah .. gimana kabarnya dia ya ? hehe ...

Trus pas smp kita beda kelas ya ... tapi tetep kok kita deket, apalagi pas ada temen sekelasmu yang ... ke aku. Sssttt ... gak usah dibahas ya, dah basi, kan sekarang lagi omongin kamu... hehe .. curang ya ? Dasarnya kamu cantik, masih smp dah beberapa kali juga terlibat cinta monyet. Yang putih itu, trus yang anak stm itu .. trus .. trus ... hehe .. berapa banyak lagi nih ?

Sma jarang banget kita ketemuan, beda sekolah. Pasti lebih seru ya ceritanya .. hehe. Tapi tetep kok kamu suka cerita tentang si ini dan si itu. Sampai-sampai ada mantan kakak kelas yang sampai nekat dateng buat ngelamar ... hehe .. apa iya ya ?

Udah lah .. akhirnya .. setelah melewati beberapa petualangan .. ciee .. kayak indiana jones aja nih, kini sampai juga saatnya ketemu ama soulmate kamu. Dan lucunya, sampai sekarang aku blom pernah liat orangnya. Btw, aku percaya kok ama pilihanmu ..

Yang pasti ... Congrat ya non ... moga dapet pernikahan yang barokah. Amin .. :)

Wednesday, March 16, 2005

Libur itu ...

Hari-hari kemaren keliatan sibuk banget, .. mondar mandir kampus-kantor pp di siang bolong yang panasssss pooolllll. Surabaya gitu loh .. Dan keliatannya sih ini baru awal perjuangan yang musti dilalui ... proses nya masih panjang sementara waktu terus berjalan tiap harinya. Bakal jadi hari-hari yang melelahkan ? ... Masih tanda tanya.
Longweekend emang udah dijadwalkan buat total rest dari rutinitas harian. Menikmati sejuknya suasana kampung halaman ... masakan ibu .. nengokin sepupu kecil yang lucu2 ... Alhamdulillah ...
Kriiinggg ...
"Lagi ngapain ? Kerja ya?"
"Kok kerja sih ? Ini kan sabtu, libur ..."
"Wah... sori, sampe lupa hari nih. Abis di sini ngga inget hari libur, tiap hari sama aja .... "
Tiap hari sama aja ? Kebayang olehku bangun pagi sudah harus melakukan banyak pekerjaan, mengurusi keperluan banyak orang, sementara untuk diri sendiri ? Mungkin tidak sempat terpikirkan. Dan aku ? Astaghfirullahaladzim ... Bener2 ngga ada syukurnya, tiap hari sibuk dengan kepentingan diri sendiri tanpa pernah melakukan sesuatu untuk orang lain. Gitu udah merasa paling sibuk di dunia. Masih bisa istirahat, makan cukup, sementara mereka yang disana ? Pasti kurang istirahat dan makannya kurang teratur hanya demi orang lain. Orang lain yang sebenarnya adalah juga sodara kita. Yang sedang sakit, dan harusnya kita juga merasakan sakitnya atau sedikit membantu meringankan beban mereka.
Ya Allah ... ampuni hamba yang sampai saat ini masih belum bisa berbuat apa-apa untuk mereka. Syukur yang terlupa ... Tak mampu membaca petunjuk2 dariMu.
Hati dan raga ... Let's do something ....
Se

Wednesday, January 12, 2005

Be coll sweetheart ...

Miring kanan, miring kiri, tengkurap, terlentang. Susah banget buat menuju ke puncak idle di malam hari. Lima menit, sepuluh menit, ... masih aja kelap kelip blom juga mau merem. Ada yang salah ? Bantal kasur ? Tetep aja seperti kemaren-kemaren, sempit dan gak begitu empuk. Gerah karena mo hujan ? Gak juga, kan udah dikasih angin sepo-sepoi ama kipas angin butut di pojokan kamar. Meski gak langsung kena tapi lumayan kan, abis kan gak kuat kalo kena angin langsung. Bilangnya ntar masuk angin ...

Trus kenapa masih blom take-off2 juga ? Ada yang mo diomongin ya, ayo ngomong aja, gak usah malu2 ... Lho ? Kok malah manyun gitu ? Jelek tau! Lagi kesel ya ? Ada yang bikin gak enak ati ? Cerita aja lah ... sssttt ... tenang, gak bakal bilang ke siapa-siapa kok. Gak percaya ? Belahlah dadaku ... hehe ...

Eits ... tuh... dah mulai mo ngomong, atu.. dua ... tiga! Kok gak jadi ? Udah siap-siap pasang kuping nih. Kenapa sih ? Lho .. lho .. kok malah ada bening2 yang mo keluar dari kelopak mata ? Kelilipan ya ? Padahal gak ada angin yang bawa debu gitu lho ... Nangis beneran nih ? Cup .. cup ... udah gpp, nangis aja, itu anugerah kok. Kalo emang nangis bisa bikin kamu lega, rela deh kalo musti liat adegan sedih gini. Terusin aja ....

Udah blom nangisnya ? Walah, udah gak ada isak tangis lagi. Udah pules to ? Weleh-weleh ... kok malah senyum-senyum gitu .. Hhmm ... pasti ketemuan ama ... ama sapa sih ? Cerita donk ... Kan pengen tau juga. Masak tadi udah gak mau cerita sekarang gak mau cerita lagi ? Tadi kecapean nangis, udah sempet doa dulu blom sebelum bobo ? InsyaAllah udah ya ... Ya udah lah, ikutan bobo aja deh. Ngantuk juga nih ... zzzzZZzzz ...

Met bobo ya ... semoga esok hari membawa lebih banyak ceria, ok ? :)

Monday, January 10, 2005

Kita tidak sendiri

Aku tidak begitu mengenal sosok beliau. Sosok yang jarang sekali kurindukan karena kehadirannya telah mampu digantikan oleh ibuku yang lemah lembut namun bisa bertindak perkasa dan tegas pada saat yang tepat sebagai seorang ayah. Waktu kebersamaan kami begitu pendek saat Allah berkehendak untuk mengambil beliau dari kami. Meski semua bilang kedekatanku dengan ayah sangat istimewa waktu itu, namun kenangan kebersamaan masa kecilku dengan beliau seolah tak bersisa. Mungkin ini kehendakNya agar aku mampu tegar tanpa beliau. Hingga jujur saja, saat perasaan rindu yang amat sangat akan beliau datang, sering kali menguap dengan perlahan seperti embun yang disinari matahari sehingga menyisakan kehangatan ...

Kini, saat hampir tiap hari kudengar jumlah anak yatim, piatu, atau bahkan yatim piatu semakin bertambah dari hari kehari di tanah rencong, kembali rindu itu datang dengan sangat. Hatiku bergetar mengingat mereka semua. Mereka yang mendadak harus kehilangan orang-orang yang begitu dekat dan begitu mereka kasihi. Kehilangan ayah, ibu, keduanya, anak atau bahkan saudara yang lainnya. Ya Allah, Engkaulah penentu usia hambaMu. TakdirMu tak kuasa kami tolak saat Engkau berkehendak memanggil yang Engkau kehendaki.

Entah bagaimana melukiskan perasaan kehilangan akan orang-orang yang dekat dengan kita tanpa kita tahu pasti mereka dimana. Sedih ? Sudah pasti kita tidak bisa berkata tidak. Mungkin hanya orang-orang yang mengalaminya sendiri yang bisa memahaminya. Semua tempat di alam semesta ini adalah kepunyaanNya. Dimanapun Dia meletakkan mereka-mereka yang kita sayangi, semoga tempat itu istimewa disisiNya ...

Buat saudara-saudaraku yang ditinggalkan, kita tidak sendiri ...

Tuesday, January 04, 2005

DIA Maha Segala

Semua adalah milikNya, berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya ...

KekuasaanNya sungguh teramat mutlak hingga tiada sesosok apapun di alam semesta ini mampu mengganggu gugat atau bahkan sekedar mempertanyakan kehendakNya terhadap umatNya.

Ditengah ambisi manusia yang saling berlomba menunjukkan kekuasaan, pengaruh dan keperkasaan terhadap sesama untuk suatu pengakuan oleh orang lain, ditunjukkanNya kepada kita keperkasaan yang Maha meski hanya dengan kekuatan yang tak ada seujung kuku. Dan apa yang bisa kita banggakan pada diri kita ? Nol. Kita sama sekali bukan apa-apa. Terlalu lemah, rapuh, tak berdaya, papa dan tidak memiliki apa-apa meski hanya untuk sekedar tengadah.

Tak perlu menunggu badai usai, tak perlu menunggu mereka kembali tersenyum. Hikmah itu sudah ada sejak semula. Jauh sejak sebelum tanda-tanda keperkasaanNya diperlihatkan secara nyata kepada kita. Namun sungguh kita manusia yang teramat bebal. Kerak hati kita begitu kotor, mengeras hingga tak memiliki rasa. Mata kita terlalu kering oleh basahnya air mata sesal, teriritasi, bahkan nyaris buta untuk bisa melihat segala yang diisyaratkanNya.

Ya Robbi ... sungguh kami adalah umatMu yang lemah, tiada tempat kami bersandar selain hanya kepadaMu. Telah Kau tunjukkan kekuasaan dan keperkasaanMu pada kami secara nyata. Mampukan kami membaca pertanda yang Kau berikan. Ampuni kami, semua umatMu yang benar-benar telah mengabaikanMu, tak mampu menjaga amanahMu. Lindungi kami, bimbing selalu langkah kami. Limpahkanlah Rahmat dan RidhoMu. Sungguh kami adalah hambaMu yang dzolim. Ampuni kami ....

semoga kita selalu ingat Ahad, 26 Desember 2004