Thursday, January 31, 2008

May be ..

”Nyari yang seperti apa sih ?” Pertanyaan itu yang sekarang melekat di pikirannku. Walau sebenernya ada pertanyaan default lain sebelum itu. Dah tau kan ? Yup, ”Kapan nikah ?” Fyuuuhhh .... dan itu dah dijawab ma si Agus Ringgo di sepanjang jalan kenangan... hehe

Menyadari posisi diri sebagai wanita yang biasa-biasa saja emang sepertinya gak ada alasan untuk pasang kriteria muluk-muluk buat pendamping hidup. Dan memang, sebenernya gak pengen seorang pangeran kok ... hehe. Tapi ya gitu, setiap kali usaha asking favour buat dicariin kandidat temen hidup pasti kebentur ama yang namanya kriteria yang gak bisa kusebut secara spesifik. Terlalu umum, klise, bilang mereka. La trus ?

Kebanyakan wanita akan menyebutkan kriteria pasangan hidup yang memang umum diharapkan wanita kebanyakan. Baik, bertanggung jawab, mampu menafkahi lahir batin, adalah beberapa dari sekian kriteria umum yang juga bisa secara umum dimiliki oleh semua pria. Spesifiknya seperti apa? Bisa jadi hal ini sudah menyangkut kepentingan. Dan pastinya, kepentingan masing-masing pribadi adalah beda. Ada yang maunya jangan yang suka ngatur, jangan yang cemburuan, jangan yang ngrokok, jangan yang pendiem, jangan yang gendut, jangan yang kurus, jangan yang item, jangan yang putih ato jangan2 yang lain. Dan memang kespesifikan itulah yang akhirnya bisa bikin kriteria umum tadi menjadi semakin khusus yang secara otomatis juga akan terjadi proses seleksi secara alami.

Terlepas dari itu semua, bukan jarang kadang seseorang menemukan pasangan hidup yang gak sesuai sama sekali dengan kriteria yang udah dia standarisasikan. Orang yang bener2 sesuai kriteria yang diimpikan telah ada di depan mata, tapi ternyata gak bisa jadi pasangan hidupnya. Bahkan orang yang mentah2 ditolak dari awal karena alasan bukan tipe gue sering kali jadi bumerang. Kenapa ? Jodoh, itulah jawabnya. Dan yang pegang rahasia ini hanya Dia Sang Pemilik Takdir.

Seorang muslim yang sadar akan fitrah nya sebagai umat Muhammad pasti mengingkan kehidupan berumah tangga. Tapi kalo sampai sekarang seseorang yang sudah pantas dalam ukuran usianya belum juga dikaruniai kesempatan untuk menggenapkan separuh dien-nya, pasti ada alasan kenapa itu terjadi. Alasan itu akan kita dapatkan jawabannya jika kita mampu berkhuznudhon terhadapNya. DIA Maha Tahu kapan saat itu tiba ....

Diri ... be patient yaaa ... :)

Wednesday, January 30, 2008

Kembali menatap langit

Wanita itu duduk termenung menatap langit malam dari jendela kamarnya yang terletak di lantai paling atas tempat kosnya. Sudah cukup larut, udara malam yang dingin tidak cukup bersahabat. Namun keramaian cahaya bintang dan temaram bulan membuatnya tidak beranjak. Dari dulu dia memang sangat menyukai langit malam dan suasananya. Bahkan diwaktu kecil sering kali dia nekad naik ke genting rumah hanya untuk menikmati suasana itu. ”Dasar anak tomboi” batinnya sambil tersenyum jika mengingat masa kecilnya di kampung.

Hari demi hari dilaluinya seperti remaja seusianya. Sekolah, bermain, ekstra kurikuler, berorganisasi, mengaji, dan sesampainya di rumah terkadang masih harus mengerjakan tugas sekolah. Tapi sungguh dia menikmati semuanya itu. Dan sekarang, setiap kali teringat begitu panjang dan melelahkan segala perjuangan yang telah ia lalui itu, tak henti2nya ucapan syukur terlontar dari mulutnya. Bersyukur karena semua itu telah menjadikan dirinya menjadi pejuang hidup yang tak kenal menyerah. Rasa lelah itu seolah menguap dengan sendirinya bahkan menjadi suplemen penguat jiwa dan raga setiap kali dia menengok ke belakang dan mengingat itu semua.

Kini dia sudah bukan lagi remaja, perjalanan usia telah membawanya menjadi wanita dewasa. Wanita yang sudah seperempat abad lebih melewati skenario kehidupan. Sendiri dia tinggal di kota besar yang sama sekali tak terbayang untuk ditinggali. Menjauh dari keluarga besar dan ibu yang selalu dia sebut sebagai pahlawan hidupnya. Tak terasa air mata itu menetes... Perasaan bersalah karena meninggalkannya sendiri begitu kuat meliputi hatinya. Dimana letak pengabdian itu? Kebahagiaan seperti apa yang bisa diberikan untuknya? Teringat jawaban sederhana wanita paroh baya yang selalu dia kagumi dengan kesederhanaanya, ”Kebahagiaanmu, itulah kebahagiaan buat ibu...” Dan sekarang dia menjadi semakin bertanya tanya, ”bahagiakah aku?”

Kebahagiaan, sesuatu yang tak terukur secara kasat mata. Segala tercukupi secara materi bukan ukuran kebahagiaan. Ya Alloh, ingatkan dia untuk selalu bersyukur kepadaMu agar bahagia itu dapat selalu dia rasakan.

Usia yang semakin bertambah dari hari kehari seolah menjadi indikator tingkat perbaikan dirinya. Terus berusaha dan belajar menjadi muslimah yang sholihah, harapan itu yang selalu mengisi batin wanita itu. Sungguh orang yang merugi dan celaka jika hari hari yang dilalui tidak lebih baik dari kemarin, itu yang selalu menjadi pemicu semangatnya untuk selalu berbenah. Namun sepenuhnya dia sadar, kesempurnaan tidak akan pernah ada kecuali hanya milikNya. Manusia yang papa tidak akan pernah luput dari salah dan khilaf. Doa agar selalu terjaga dalam lindunganNya selalu menjadi benteng agar terhindar dari kesalahan dan kekhilafan yang berkelanjutan.

Monday, January 21, 2008

yang gak lulus--lulus

Kembali kesabaran ini musti dilatih terus gak ada abisnya. Aku jadi inget dulu waktu kecil ibuk ku sering kesel ama sifat keras ku yang kalo dah pengen sesuatu harus seketika itu dituruti (mungkin ini salah satu akibat dari efek anak semata wayang .. ), dan untungnya ibuku bukan tipe yang memanjakan anaknya. Dia biarkan aku ngambek karena keinginannya gak kesampaian sampai akhirnya aku lupa sendiri. Mungkin ibuku sempet ngebatin juga tentang sifat keras ku itu, trus dilanjutin dengan doa biar anaknya ini cepet sembuh dari sifat kerasya. Dan Alhamdulillah kesini-kesininya sifat itu semakin melunak dan bisa jadi lebih compromise (ato mungkin karena nyadar dah semakin tua kali ya, malu kalo masih suka ngotot ajah .. hehe.. ). Tapi kalo kupikir2 lagi, mungkin ini juga ada gen dari ibu kali ya .. hehe ..

Sifat keras kadang berimbas pada kadar kesabaran seseorang. Dan mungkin karena bibit keras ini sudah ada sejak awal di aku, kadang aku masih harus sering mengulangi hal yang sama untuk cepet2 sadar dalam hal melatih kesabaran. Keinginan menggebu gebu terhadap suatu hal sering kali diikuti kata harus untuk cepat tercapai, terlebih jika dibarengi dengan deadline yang lumayan mepet. Alhasil terkesan buru-buru seperti orang dikejar setoran. Balik lagi, kurang sabar, itu jawabannya.

Panjang lebar ngomongin keinginan menggebu-begu dan ketidaksabaran di awal tentu ada hubungannya dengan sesuatu. Sesuatu itu apa adalah sehubungan dengan resolusi yang dah dikoar-koarkan di akhir tahun 2007 kemaren. Yups... ketenangan dan kepercayaan akan memberi energi positif untuk dapat berfikir jernih yang kemudian bisa lebih berserah. Tidak lagi terburu-buru, tidak lagi harus gini dan gitu, semua telah diatur, percayakan itu ...

Makasih yaa ... jadi lebih adem nih ... :)

Tuesday, January 08, 2008

.....

Tahun baru ini bener2 tersimpan keinginan besar yang pengen banget kelaksana. Dan doa itu dateng bertubi2 .. Amiin .. Terima kasih semua. Semoga doa tulus Anda semua dapat terlaksana ... Semoga ini pertanda baik.. Amiin .. amiin ..

Tapi tau kan kalo manusia cuman bisa berusaha dan berdoa, sementara takdir sebenernya dah digariskan olehNya ? Sedari awal musti siap dengan hasil yang jauh dari harapan. Kalo gak disiapin dari dini buat antisipasi, bisa2 kuciwa kelas beratzz dan penyakit nyesek bisa kambuh. Semoga gak kejadian lagi ya ...

Nengok sedikit ke tahun2 kemaren sepertinya gak abis2nya karunia yang udah kudapet. Alhamdulillah ya Alloh ... syukur ini kadang terlupa untuk sekedar diucapkan. Sampe-sampe terkadang malu sendiri kalo doa yang ada masih berisi banyak deretan permintaan. Tapi... meminta kepadaMu adalah sebaik baik meminta .. Sementara itu, kekurangajaran manusia yang selalu ngerasa kurang dengan apa yang udah didapet malah sering kukeluhkan. Tapi .. berkeluh kepadaMu adalah yang terbaik.

Jika yang ditempuh udah benar, semoga usaha dan doa ini mendapat ridlo dan kemudahan. Jika salah, semoga diberikan petunjuk untuk menyadarinya dan segera berbenah. Amiin ..

Ya Alloh ... ijinkan hamba ...