Friday, May 05, 2006

Tukang Cap

Dari dulu sebenernya dah pengen banget nulis about benda atu ini. Terlebih setelah akhirnya keluar iklan produk yang menggunakannya sebagai sumber ide sampai dibikin dua versi. Tersenyum simpul sambil manggut-manggut, itu kiranya yang diekspresikan orang ketika melihat iklan itu, termasuk aku. Yap, menggambarkan dengan gamblang sekali sistem birokrasi di lingkungan kita. Bagi yang pernah merasakan sendiri prosedural ini dan itu dalam pengurusan ini dan itu tentu bisa paham kalo untuk urusan yang satu ini perlu melalui cukup banyak cabang, menguji kesetiaan kita mengikuti berputarnya jarum jam alias gak bisa langsung plug and play. Dari kalangan awam about periklanan aku sumbang point delapan deh buat orisinalitas dan kreatifitas ide iklan itu .. (hehe .. sori kalo obral point ato malah pelit point).

Back to benda yang kusebut di awal tadi, ya.. tak lain dan tak bukan dia adalah “Stempel”. Kalo di lingkungan iklan tadi bisa jadi tiap kali stempel punya ”harga” tersendiri. Kalo stempel versi ku, tiap kali stempel memiliki nilai history yang dalam dan semakin dalam... setuju gak prend ? (^_* sambil ngelirik kanan kiri .. hehe..)

Berawal dari proses serah terima, Bapak paroh baya yang mengambil pilihan pensiun dini dari kantor besar itu akhirnya harus merelakan rutinitas nya untuk kugantikan. Emang sebelumnya aku sudah sering sih dititipin hasil karya stempel-annya jika beliau harus keluar kantor untuk suatu mandat lain dari atasan. Tapi ternyata beliau benar2 tak tega jika kerjaan menyetempel itu harus beralih ke aku... ”Mbak a*** gak pantes melakukan ini, .. nanti tangannya sakit ... bla .. bla .. bla... ”

Duh pak ... terima kasih sekali atas kekhawatirannya, bagaimanapun ini adalah tugas, siapa saya yang bisa menolak perintah, saya akan melakukannya dengan sepenuh hati saya. Masih banyak orang dengan pekerjaan lain yang lebih berat ketimbang ini to ? Setiap perbuatan semata-mata adalah ibadah kepadaMu .. Berikan kekuatan dan kesabaran kepada kami semua ...

Rutinitas baru akhirnya kumulai.. Tiap bendel ada limapuluh lembar rangkap dua, yang satu lagi rangkap empat, tiap lembar ada yang satu macam stempel dan ada yang dua kali stempel, kalikan beberapa buku ... wah .. ternyata berkali-kali juga stempel itu kuayunkan, pantas juga jika ternyata akhir-akhir itu tanganku merasakan sesuatu yang lain. Baru terpikir oleh ku keselamatan kerja seorang pekerja memang perlu sekali untuk mendapat perhatian besar.

Pengalaman dengan stempel itu memang tak akan pernah terlupakan sepanjang perjalanan hidupku. Penuh makna .. semoga tidak hanya untuk diriku tapi juga orang-orang yang waktu itu berada di sekitarku. Mengutip komentar temen .. ”lakoni saja dengan maksimal, sedang hasilnya jika perlu didaur ulang pada lelakon yang akan datang...” Oalah jeng ... bijak sanget toh wejangan njenengan ... hiehiehie ..

Jadi inget pas rame2 ngobrolin algoritma, ternyata keluar juga algoritma stempel itu ... hahahaha .. dan di tempat yang berbeda ada 2 orang yang tertawa ngakak tiada henti .... sssssttttttt...........

Tuesday, May 02, 2006

Full Day in May

Di bulan mei ada beberapa hari yang diperingati secara khusus. Ada hari buruh internasional, disusul dengan hari pendidikan sampai dengan hari kebangkitan nasional yang sempat memberikan warna baru bagi sejarah bangsa Indonesia karena di akhir Mei tahun 1998 lalu presiden Indonesia yang telah berkuasa lebih dari 30 tahun akhirnya harus lengser oleh kekuatan para mahasiswa.

Sepertinya semangat Kebangkitan masih terasa hingga kini di tahun 2006. Bagaimana tidak, pada tanggal 1 mei kemaren sekitar seratus ribu pendemo membanjiri jakarta. Yup, sebanyak itu para buruh yang boleh dibilang sebagai wakil para pekerja yang mendapatkan upah dari orang lain (tak terkecuali aku) tengah menggelar perhelatan besar menyuarakan hak-hak mereka. Jelas sekali kalau sebagian besar masyarakat Indonesia masih harus nunut kerja ke orang lain... ini kenyataan bung! Tuntutan untuk menolak revisi UUK nyaring mereka teriakkan. Tanpa mengecilkan profil para buruh, pengerahan massa-lah yang cukup bisa menjadi senjata bagi mereka untuk sekedar memperjuangkan hak. Titip suara pada para wakil rakyat sepertinya tidak akan mendapatkan perhatian walau sekedar lirikan saja. Ya.. ya.. tetap semangat!

Second day in May diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Kalo jaman sekolah ku dulu peringatan ini diikuti oleh seremonial upacara bendera memperingati Hari Pendidikan Nasional. Malah pernah dulu ditetapkan sebagai hari libur Nasional. Entah seremonial dan peringatan apa yang sekarang mewarnai Hari Pendidikan Nasional di sekolah-sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal. (Lawong dah gak sekolah lagi.. any info ?? ..)

Program wajib belajar 6 tahun disusul wajib belajar 9 tahun merupakan upaya pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tercapaikah tujuan dari program itu ? Semakin banyak tercetak lulusan sekolahan dengan tingkat kecerdasan dan intelektual tinggi. Namun demikian .. misi pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantoro sebagai bapak Pendidikan kiranya perlahan telah terkikis. Banyak yang pintar tapi tidak dengan perilaku yang mencerminkan insan-insan berpendidikan. Dunia pendidikan tak luput dari komersialisme. Duh .. kapan para pelajar kembali mencium hormat tangan guru mereka ketika sang guru baru memasuki gerbang sekolah dengan menuntun sepeda kumbang nya .. Miss that moment ..

Terlepas dari semangat para buruh yang berkobar kobar untuk menuntut hak dan semangat para penuntut ilmu untuk harapan masa depan yang lebih baik, boleh jadi semangat kebangkitan nasional menjadi sebuah puncak peringatan-peringatan di bulan mei. Sebenernya kalo ngomongin semangat kebangkitan nasional sepertinya ya kok terlalu muluk untuk ukuran saya .. Yang sederhana aja lah .. semangat untuk berbenah diri pribadi untuk jadi lebih baik dan bermanfaat bagi sekitar .. kayanya kedengeran lebih nyaman. Tul ngga ? :)