Thursday, March 31, 2011

selamat jalan ...

Barang itu secara hukum adalah sah milik kami atas nama suami. Kalo sekarang sudah bukan ditangan kami alias “dipinjem” tanpa niat untuk dikembalikan, dengan penuh keikhlasan kami melepaskannya.. semoga yang minjem diberikan kesadaran diri menyesali perbuatannya dan segera bertobat.. Rejeki masih bisa dicari.

Kalo ditanya perasaan saya saat itu? Saya sama sekali tidak merasa kehilangan… Datar, biasa saja. Suami sampai heran koq bundanya tenang-tenang aja. Yah, sama sekali tidak merasa kehilangan mungkin agak sedikit aneh dan mengherankan. Tapi bener, itu memang perasaan saya. Mungkin ini implikasi dari kejadian waktu dulu yang pernah membuat saya merasa benar-benar kehilangan sesuatu yang amat sangat. Begitu berlarut sampai akhirnya saya berasa pada suatu titik pasrah yang benar-benar berserah.

Dari kejadian waktu dulu itu, saya menjadi begitu santai dan tenang menjalani hidup, bahkan temen-temen kampus, kos maupun kerja agak heran melihat ketenangan saya. Ketika temen kampus seangkatan sedang sibuk menggebu dengan target Tugas Akhir, saya malah menunda mengerjakan Tugas Akhir dan dengan tenang mengulang beberapa mata kuliah. Ketika temen kos seangkatan pada menikah dan meninggalkan tempat kos, saya mengiringi dengan senang hati. Ketika temen kerja seangkatan mendapatkan kerja yang lebih baik di tempat lain, saya masih tenang-tenang melamar dan tes kerja sana-sini.

Tenang, itu yang saya rasakan, menyikapi dengan santai atau boleh dibilang easy going. Tapi begitu saya telah ditemukan dengan jodoh saya saat ini (a.k.a suami) yang memiliki sifat perfeksionis, detail dan penuh perencanaan, mungkin sikap tenang saya bisa dibilang agak sembrono. Dan hal itu juga saya akui. Ada beberapa hal yang harus saya sikapi dengan lebih konsisten dan tegas, tidak boleh terlalu santai atau terkesan menganggap remeh.

Yup, jodoh seseorang memang bukan semata dipertemukan dengan yang sama dengan kita, justru jodoh kita itu yang melengkapi kekurangan kita sehingga kita bisa bersama.

Itu sekilas kisah perasaan saya melepas kepergian si bebek besi yang setia menemani saya memecah kemacetan Jakarta dari rumah menuju tempat nguli yang agak sedikit nglantur kemana-mana… Belum seberapa kiranya jika dibandingkan dengan teman yang kehilangan belahan hati mereka. Yup, bayi itu baru berusia sekitar 3 atau 4 bulan. Saya baru sempat menanyakan kabar kelahirannya beberapa hari lalu ke orang tuanya yang tak lain adalah temen kuliah saya, meski sebelumnya saya sempat mendapat kabar dari teman kalau kelahiran putrinya mengalami sesuatu. Dan kemarin saya sudah mendengar kabar kepergiannya untuk selamanya..

Semoga Yuning dan Aji diberi ketabahan menerima cobaan ini, semoga ananda Sasha menjadi penolong kedua orangtuanya kelak…

1 comment:

Pinkina said...

wahhh kudu belajar ke smpyn iki mbak, aku kemalingan sepasang cincin kawin & leptop ae sampek saiki rasane jik gak ikhlas..dan itu sukses membuat aku trauma kl mao ninggalin rumah hiks